REFLEKSI UNTUK PEMUDA MELALUI PERSPEKTIF BUNG KARNO
Oleh:
Hadrianus Oswin Jaya Yonata
“Berikan aku
seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Begitulah bunyi salah satu kalimat
sakti bung Karno yang dapat membakar semangat pemuda. Pemuda dalam pandangan
Bung Karno menurut kalimat tersebut adalah orang yang kuat, orang yang pekerja
keras, dan dengan adanya sosok pemuda dalam perspektif Bung Karno apapun dapat dilakukan.
Dalam hal tersebut “mengguncang dunia”. Dunia diguncang dengan sepuluh pemuda.
Istilah ini terdengar memiliki makna ganda. Akan tetapi penggunaan istilah
“mengguncang” ini jelas bukan berarti seisme.
Dalam pandangan saya disini memaknai istilah tersebut lebih pada mahakarya
pemuda yang membuat perubahan bagi masyarakat di dunia. Sama halnya dengan
karya-karya filsuf semacam Karl Max dengan mengusung paham sosialis, atau
Auguste Comte, yang melahirkan ilmu sosiologi lewat karyanya berjudul “Cours de
Philosophie Positive” di pertengahan abad 19. Mereka semua merupakan
orang-orang yang dijiwai semangat kaum muda. Dengan demikian kehendak besar
yang diharapkan salah satu bapak pendiri bangsa ini adalah yang muda yang
berkarya. Karya pemuda begitu penting bagi bangsa ini, karena melalui
karya-karyanyalah harapan pendiri bangsa dapat terwujud. Kemudian mewujudkan
harapannya, bagi pemuda adalah hal mulia, itulah nilai yang harus dipegang oleh
sosok pemuda sekarang.
Masalah Pemuda
Berbicara
tentang apa yang telah dilakukan pemuda sekarang, seakan orang-orang pemuda
saat ini melempen, tidak produktif, dan memunculkan permasalahan sosial. Pemuda
yang muncul dalam dunia pemberitaan, mulai dari mahasiswa yang gemar berdemo
dan membakar ban, bersikap anarki dengan aksi vandalism, atau bahkan melakukan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Sikap-sikap negatif yang muncul dari
pemuda saat ini sangat tampak jelas dan menutupi aura kaum muda sesungguhnya.
Namun hal tersebut memang benar adanya, para pemuda juga tidak dapat menyangkal
bahwa hal tersebut terjadi, para pemuda tetap harus legawa apabila hal tersebut
dikatakan demoralisasi. Namun apakah para pemuda juga menerima kalau mereka
tidak memiliki karya yang berguna bagi bangsa ini? Seyogyanya pertanyaan
tersebut menjadi refleksi bagi diri masing-masing. Apabila Bung Karno masih
hidup, sangat dimungkinkan beliau akan bertanya kepada para pemuda bangsa
ini,”Hai pemuda, apa karyamu?” Lantas apa yang dapat dijawab oleh anda (kaum
muda)? Apakah hal negatif yang telah anda tonjolkan di depan umum tadi? Tentu
anda akan malu, mengingat pemuda zaman pra kemerdekaan senantiasa membuat
pengaruh yang positif untuk memerdekakan negeri ini. Jelas anda tahu mengenai
peristiwa sumpah pemuda, bahkan penculikan Sukarno untuk segera mendeklarasikan
kemerdekaan republic Indonesia ini. Semua peristiwa tersebut digawangi oleh
kaum muda.
Pemuda,
sudah selayaknya malu apabila tidak berkarya bagi negeri ini. Saat ini ada
banyak kemajuan yang terjadi dalam dunia, baik teknologi, maupun regulasi
internasional berkaitan pasar bebas, dimana Indonesia negeri kita turut serta
didalamnya. Sudah saatnya yang muda berkarya melalui inovasi, bergerak ke arah
perubahan yang positif, menciptakan lapangan pekerjaan bukan menunggu datangnya
lowongan pekerjaan. Revolusi mental yang digagas oleh Presiden saat ini,
menurut perspektif kebutuhan zaman saat ini sangat tepat. Ada banyak hal yang
perlu dirubah. Terlebih bagi mereka yang menganut filosof “Adem, Ayem, Tentrem”. Setidaknya hal tersebut harus segera ditinggalkan,
sebab mereka yang tidak bergerak maka akan tergiling, tertindas oleh zaman,
seperti buah pisang yang terhimpit durian. Pergerakan pemuda melalui revolusi
mental diperlukan agar ke depannya bangsa ini bukan hanya menjadi bangsa yang
konsumerisme.
Pemuda di Dunia Pendidikan
Berkenaan
dengan perubahan melalui karya kaum muda, dunia pendidikan perlu mendapat
apresiasi, sebab terdapat banyak sekali guru-guru muda yang mau berkarya untuk
mendidik kaum muda dibawahnya. Dilansir dari data Portal Indonesia menyatakan,
di daerah Jawa Timur saja jumlah guru menurut kelompok umur dibawah tiga puluh
tahun sebesar 39.419 jiwa. Hal ini apabila dikaitkan dengan prasyarat Bung
Karno untuk diajak “mengguncang dunia” dirasa sudah sangat mumpuni, bahkan
dapat mengguncang jagad raya. Hanya saja apakah para guru yang ada dalam data
tersebut sudah mampu berkarya? Jawaban sudah atau tidak hanya diketahui melalui
pribadi masing-masing. Setidaknya pengambilan keputusan menjadi guru bagi kaum
muda harus berasal dari hati nurani, tidak dipakasakan, dan dijiwai dengan
semangat mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tertulis dalam cita-cita
Negara di pembukaan UUD 1945. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah
satu karya yang mulia dan diharapkan dapat membawa banyak perubahan yang
positif, sebagaimana pernah dikatakan Santo Kanisius,”Jika ingin mengubah
dunia, didiklah kaum muda”. Namun menjadi tantangan tersendiri bagi guru muda
untuk mendidik kaum muda dibawahnya, oleh sebab itu segenap dukungan dari sosok
tertentu tetap dibutuhkan. Pada dunia pendidikan, maksud sosok tersebut adalah
guru senior. Jadi guru muda diharapkan tetap rendah hati terhadap guru senior,
sehingga terciptalah suatu sinergi positif. Melalui sinergi positif yang
dijiwai semangat kaum muda inilah diharapkan dapat tercipta mahakarya yang
“mengguncang dunia”. Begitu pula dalam bidang non kependidikan lainnya.
Begitulah
sekiranya refleksi yang perlu disampaikan kepada para pemuda bangsa ini. Pemuda
diharapkan berkarya dan terus berkarya. Semoga dengan kerendahan hati, semangat
kepemudaan, dan perubahan pola pikir ke arah perubahan, dapat membantu bangsa
ini menghadapi tuntutan zaman dengan karya yang mengguncang dunia.
0 Response to "REFLEKSI UNTUK PEMUDA MELALUI PERSPEKTIF BUNG KARNO"
Post a Comment