DIKTAT KULIAH GEOLOGI UMUM BAB II LAPISAN-LAPISAN BUMI
A. Sumber
Keterangan Bagian Dalam Bumi
Jari-jari bumi ke katulistiwa 6378km dan ke kutub 6357km. Pemboran kerak
bumi di Oklahoma untuk meneliti bagian dalam bumi hanya mencapai 5253 meter,
dan proyek Mohole dekat pulau Guadalupe (lepas pantai Meksiko) mengebor
sampai kedalaman 9 km. Dari dalamnya pengeboran tersebut nampak bahwa hanya
kulit luar dari bumi kita yang dapat diselidiki secara langsung. Meskipun
demikian, kita mengetahui para ahli telah berceritera banyak tentang bagian
dalam bumi, seperti: wujud, densitas batuan, temperatur, kecepatan gelombang
melalui berbagai lapisan dan sebagainya. Dari mana para ahli memperoleh
keterangan mengenai bagian dalam bumi? Patut dimaklumi bahwa bagian dalam dari
bumi sulit sekali bahkan tidak mungkin
diselidiki secara langsung, sehingga wajar pula kalau banyak hal yang tidak
diketahui secara pasti. Para ahli melakukan penyelidikan secara tidak langsung,
dimana tak dapat dilupakan bantuan dari ilmu Kosmologi, Geokimia, dan
Geofisika.
Lewat pengetahuan
Kosmologi seperti gaya tarik menari antar benda-benda angkasa, massa, volume,
diameter, jarak antar benda angkasa dan sebagainya, para ahli menganalisis
sampai ke kesimpulan mengenai keadaan bagian dalam dari bumi. Penelitian
geokimia atas sampel batuan, lava dan bahan-bahan lain yang dikeluarkan letusan
gunung api mengantarkan ke kesimpulan mengenai komposisi batuan, densitas serta
sifat-sifat batuan di lapisan dalam. Demikian juga batuan meteorit, sampel
batuan dari bulan, diselidiki ahli geokimia dan dibandingkan dengan batuan bumi
untuk sampai ke kesimpulan mengenai bagian dalam bumi. Hasil penyelidikan
geofisika juga sangat membantu meramalkan keadaan bagian dalam bumi. Terutama
keterangan yang disumbangkan oleh hasil penelitian gravitasi, kemagnetan bumi
dan seisme. Berikut ini akan diuraikan secara singkat ketiga sumbangan
geofisika tersebut.
1. Gravitasi
Bumi
Bumi
mempunyai gaya tarik ke intinya sehingga semua benda yang ada di permukaan bumi
tidak melayang ke ruang angkasa. Dasar dari pengetahuan tentang gravitasi
adalah penemuan Isaac Newton yang mempelajari gerak-gerak planet dalam
tatasurya yang menghasilkan Hukum Gravitasi Universal (Menard, 1974).
Gm1m2
Fg = ¯¯¯¯¯¯¯¯ (Robinson,
1982)
r2
Fg = gaya gravitasi
G = Konstante besarnya 6,67 x 10-8 cm3/gr.det2
m1 & m2 = massa pertama dan massa kedua
Pada hakekatnya menimbang
berat benda adalah menghitung besarnya gaya tarik bumi terhadap benda tersebut
( berat adalah gaya tarik gravitasi terhadap suatu benda, sedang massa
merupakan jumlah material dalam suatu benda; berat = massa x gravitasi). Besarnya
gravitasi di permukaan bumi tidak sama di setiap tempat. Di katulistiwa
berkisar 978 gal dan di kutub 983,1 gal (1 gal = percepatan 1 cm/det2).
Karena perbedaan gravitasi di daerah katulistiwa dan kutub tersebut maka berat
benda yang ditimbang di kutub lebih besar sekitar 0,5 % dibanding berat benda
yang sama bila ditimbang di katulistiwa.
Dasar
pengukuran gravitasi di permukaan bumi adalah percobaan benda jatuh dengan
rumus St = ½ gt2. Dapat
pula dilakukan dengan menggunakan alat berupa ayunan dalam ruang
hampa namun sebelumnya harus melalui percoban benda jatuh untuk menentukan
skala alat tersebut (g = k/T2). Alat lain yang digunakan
meluas dewasa ini dan lebih praktis adalah gravimeter, suatu sistem
massa yang digantungkan pada suatu pegas dimana akan terjadi gaya tarik
gravitasi antara massa tersebut dengan massa bumi. Sistem ini dihubungkan
dengan jarum penunjuk skala sehingga orang tinggal membaca hasil pengukuran di
suatun tempat. Akan tetapi pada waktu merancang alat ini harus dilengkapi
dengan percobaan benda jatuh untuk menentukan besarnya gravitasi yang
ditunjukkan oleh jarum.
Besarnya
gravitasi di permukaan bumi tidak sama karena perbedaan besar jari-jari bumi,
perbedaan ketinggian dan perbedaan densitas batuan penyusun kerak bumi.
Berdasarkan pengukuran gravitasi di permukaan bumi yang dibandingkan dengan
gravitasi teoritis yang seharusnya dimiliki, para ahli mengetahui adanya
penyimpangan gravitasi atau anomali gravitasi. Gravitasi teoritis yang
dimaksud adalah besar gravitasi di permukaan bumi yang disebut spheroid, yaitu
permukaan bumi rata-rata berbentuk elipsoidal, suatu permukaan bumi hayal yang
sangat penting untuk perhitungan-perhitungan. Semua titik di permukaan speroid
pada lintang yang sama, potensi gravitasinya sama karena jaraknya ke inti bumi
sama serta gaya sentrifugal akibat rotasi bumi sama. Besarnya gravitasi
teoritis di berbagai lintang dapat dihitung dengan rumus:
¥ =
978,031846 (1 + 0,005278895 sin2j +
0,000023462 sin4j) gal.
Ket. j= lintang.
Sebagaimana
telah dikemukakan bahwa besarnya gravitasi dipengaruhi oleh ketinggian tempat
dan densitas batuan, maka faktor tersebut harus diperhitungkan dalam pengukuran
gravitasi. Setiap naik 1 meter gravitasi akan turun sebesar 0,3086 mgal dan
sebagai kibat tambahan batuan setiap 1 meter menyebabkan naiknya gravitasi
sebesar 0,0419 r (r =
densitas batuan). Apabila lintang dan ketinggian tempat saja yang
diperhitungkan maka hasilnya disebut Anomali Udara Bebas (free air
anomaly). Tetapi kalau tambahan batuan juga diperhitungkan maka disebut Anomali
Bouguer sesuai dengan nama ahli geodesi Perancis , Pierre Bouguer, yang
mula-mula mengusulkan agar dilakukan koreksi terhadap batuan. Besarnya Anomali
Bouguer adalah: g – (¥+
0, 3086 h – 0,0419 r h) mgal.
Sebagaimana
pengertian anomali gravitasi yaitu selisih gravitasi sebenarnya/ gravitasi
lapangan dengan gravitasi teoritis, maka ada dua kemungkinan tipe anomali yaitu
anomali gravitasi positip dan negatip.
· Anomali gravitasi positip, bila
gravitasi sebenarnya lebih besar dari gravitasi teoritis. Daerah yang mengalami
gravitasi positip cenderung akan mengalami pengangkatan untuk mencapai
keseimbangan.
· Anomali
gravitasi negatip, bila gravitasi sebenarnya lebih kecil dari gravitasi
teoritis. Daerah yang mengalami anomali gravitasi negatip cenderung mengalami
penurunan untuk mencapai keseimbangan.
Bertolak dari pemikiran bahwa bumi
volumenya tetap maka para ahli memikirkan bahwa adanya bagian bumi yang
menonjol seperti benua tentunya dikompensasikan
oleh bagian lain yang menurun seperti dasar laut. Kalau kita
memperhatikan globe jelas terlihat bahwa belahan bumi utara didominasi oleh
daratan sedang belahan bumi selatan didominasi oleh lautan. Pegunungan tinggi
diimbangi oleh adanya palung laut. Keadaan semacam itu disebut kedudukan
seimbang atau disebut isostasi oleh CE Dutton. Selama belum tercapai
keseimbangan maka kerak bumi akan bergerak mencari keseimbangannya. Mengenai
isostasi, ada dua hipotesis yang terkenal dikalangan ahli geologi yaitu
hipotesis Pratt dan hipotesis Airy.
Gambar 2. 1. Anomali Gravitasi
· Hipotesis Pratt (Pratt
hypotesis of isostasy). Sebenarnya Pratt tidak menggunakan itilah
isostasi ketika mengemukakan hipotesisnya pada tahun 1859, melainkan
kompensasi. Pratt mengatakan bahwa massa benua lebih tinggi dari pada massa
dasar laut, tetapi densitas batuan yang menyusun dasar laut lebih besar dari
pada densitas batuan di benua. Dengan kata lain adanya perbedaan ketinggian
antara benua dan dasar laut adalah karena perbedaan kepadatan batuan yang
menyusun kerak bumi di kedua bagian bumi tersebut. Ketinggian dikompensasikan
oleh densitas batuan.
Pratt memberikan ilustrasi dengan
menggunakan berbagai logam yang tidak sama berat jenisnya tetapi berat dan
penampangnya dibuat sama, kemudian diapungkan di dalam air raksa. Ternyata
logam yang berat jenisnya lebih besar hanya sedikit tersembul di atas permukaan
air raksa, sedang logam yang berat jenisnya kecil banyak tersembul di atas
permukaan air raksa.
Gambar
2. 2. Ilustrasi Pratt
· Hipotesis
Airy (Airy’s hypothesis of isostasy). Airy
mengemukakan hipotesisnya pada tahun 1855 dengan jalan pikiran yang agak
berbeda dengan Pratt. Airy membenarkan bahwa batuan yang menyusun kerak bumi
tidak sama densitasnya, namun perbedaan densitas batuan tidak terlalu besar
untuk menghasilkan perbedaaan ketinggian permukaan bumi yang sedemikian
besarnya. Airy memberikan ilustrasi yang mirip dengan ilustrasi Pratt, hanya
menggunakan logam yang sejenis, penampangnya juga dibuat sama tetapi tebalnya
tidak sama. Setelah logam dimasukkan kedalam air raksa, ternyata logam yang
lebih tebal tersembul lebih tinggi
di atas permukaan
air raksa dari pada logam yang tipis. Dengan demikian Airy berkesimpulan bahwa
perbedaan ketinggian permukaan bumi bukan disebabkan oleh perbedaan densitas
batuan tetapi akibat dari perbedaan tebal lapisan kerak bumi. Itulah sebabnya
hipotesis Airy ini sering pula disebut the Roots of Mountains
hypothesis of isostasi. Pendapat Airy ini lebih banyak dianut oleh para
ahli geologi, namun tidak berarti bahwa pendapat Pratt salah. Densitas batuan
penyusun kerak bumi memang tidak sama, demikian juga tidak semua pegunungan
akarnya jauh masuk kedalam bumi. Dengan demikian keduanya saling melengkapi.
Leon Long memberikan penilaian 65% untuk Airy dan 35% untuk Pratt.
Gambar
2. 3. Ilustrasi Airy
· Massa
bumi dapat ditaksir dengan menganggap bumi bulat sempurna
dengan jari-jari rerata 6371 km dan gravitasi rata-rata 980 gal. Rumus besarnya
gravitasi di permukaan yang bulat sempurna adalah g = G.m/r2. Rumus tersebut diperoleh dari rumus
gravitasi universal: Fg = Gm1m2/r2 dan rumus
Hukum II Newton tentang gerak : F = mg.
Bila rumus gravitasi universal ditulis dengan cara lain:
Jadi kalau
bumi bulat sempurna dengan jari-jari 6371 km dan gravitasi 980 gal maka massa
bumi dapat diperoleh dari rumus di atas = 5,96 x 1027 gram.
Volume bumi = 4/3 p r kat2. r kutub = 1,08
x 1027 cm3 di mana r katulistiwa = 6378 km dan r
kutub = 6357 km.
2. Kemagnetan
Bumi (Magnetisme).
Bumi merupakan medan magnet yang
luar biasa besarnya, suatu berita menakjubkan yang pertama kali dipublikasikan
oleh William Gilbert tahun 1600 dan karenanya jarum kompas selalu
menunjuk ke arah utara dan selatan Kutub Magnet Bumi. Menurut Gilbert bumi
bersifat magnet karena inti bumi penuh dengan loadstone, batuan yng
banyak mengandung magnetit. Dia membuat globe yang bagian intinya diisi dengan loadstone
sehingga orang meyakini pendapatnya lebih dari dua abad lamanya. Akan tetapi
belakangan orang mulai menolak pendapat Gilbert, yang anehnya justru bermula
dari percobaan Gilbert sendiri dimana ia memanasi globenya sampai merah
membara, dan ternyata berakibat globenya kehilangan sifat kemagnetan. Orang
mulai sangsi karena tentunya inti bumi temperaturnya tinggi.
Abad ke-19 para ahli fisika
mengetahui bahwa loadstone bukanlah satu-satunya sumber kemagnetan.
Kemagnetan merupakan fenomena yang tak dapat dipisahkan hubungannya dengan arus
listrik. Masalahnya adalah bagaimana arus kuat terdapat di dalam bumi yang
menyebabkan bumi bersifat magnet. Pertanyaan ini baru terjawab setelah ahli
seismologi menemukan bahwa inti bagian luar bumi berwujud cair sehingga diduga
di inti bagian luar inilah terjadi arus listrik.
Medan magnet adalah daerah
sekitar magnet yang masih terpengaruh magnet tersebut. Garis-garis gaya medan
magnet memusat ke kedua kutub magnet. Jarum kompas dalam medan magnet mempunyai
kedudukan sejajar dengan garis gaya magnet di tempat itu. Gaya yang bekerja
pada jarum kompas tergantung pada intensitas medan magnet yang merupakan
hasil bagi antara gaya yang dihasilkan kutub magnet dengan kekuatan kutub
magnet. Intensitas medan magnet diukur dengan magnetometer, besarnya berkisar
25.000 gamma dekat ekuator dan 70.000 gamma di sekitar kutub. Kekuatan kutub
magnet dikatakan 1 unit kekuatan kutub bila satu kutub mendorong kutub
lainnya 1 dyne sejauh 1cm. Bila mendorong 2 dyne sejau 1cm berarti kekuatan
kutubnya 2.
Sumbu magnet bumi membentuk
sudut 11,50 dengan sumbu bumi. Tahun 1955 ditemukan posisi
kutub magnet bumi di 780 34’ LU – 2900 40’ BT dan 780
34’LS – 1100 40’ BT. Dari posisi kedua kutub magnet bumi
tersebut berarti sumbu magnet bumi tidak melalui inti bumi. Di kutub magnet
inklinasi seharusnya 900 (sudut antara bidang horizontal dengan
jarum kompas, positip bila jarum kompas penunjuk utara mengarah ke bawah dan
negatip bila mengarah ke atas) namun kenyataannya tidak mencapai 900
di kutub tadi. Hal ini terjadi karena di dalam bumi masih ada 11 magnet lain
yang mempengaruhinya. Kutub magnet lain yang disebut dip pole, diketemukan
tahun 1960 di 750 LU – 1010 BB dan 670 LS –
1430 BT.
Gambar
2. 4. Garis gaya Medan Magnet
Penelitian medan magnet bumi
menunjukkan penyimpangan karena mineral penyusun batuan ada yang bersifat
magnet seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit
(Fe2O3), Ilmenit (FeTiO3) dan Pyrrhotit
(Fe2-xS). Atom-atom dalam mineral tersebut tersusun geometris dimana
orbit individual dan kisaran elektron diarahkan lewat suatu zone kecil tertentu
berdiameter beberapa mikron dan dikenal sebagai magnetic domain,
menyebabkan mineral tersebut bersifat magnetis. Kekuatan kemagnetannya
tergantung pada proporsi kisaran elektronnya yang searah atau terbalik satu
sama lain. Magnetit dan pyrrhotit memiliki kemagnetan kuat karena
elektron-elektronnya searah, sedang hematit dan ilmenit kekuatannya lemah
karena elektron sekitarnya cenderung arahnya terbalik. Pada temperatur diatas
temperatur Curie/temperatur kritis (550-6000C) gerak-gerak atom
begitu besar sehingga magnetic domeinnya tidak ada dan berakibat sifat
kemagnetannya hilang. Ketika temperatur turun di bawah temperatur kritis
tersebut maka arahnya diatur lagi oleh pengaruh medan magnet bumi. Dari arah
yang ditunjukkan mineral-mineral magnetik dalam batuan, orang mengetahui bahwa
magnet bumi telah mengalami pembalikan selama perjalanan sejarah bumi. Periode
pembalikan kutub tersebut tidak teratur, lamanya tidak sama misalnya perubahan
ke posisi kutub sekarang memerlukan waktu sekitar 690.000 tahun.
Sebelumnya sekitar 200.000 tahun dan sebelumnya lagi 60.000 tahun.
Sejak 110 juta tahun terakhir para ahli mengetahui sekitar 80 kali pembalikan
kutub magnet bumi (Stokes, 1978). Akan tetapi belum banyak penjelasan yang
memuaskan mengenai penyebab dari pembalikan kutub magnet tersebut. Penelitian
Paleomagnetisme memberikan gambaran mengenai posisi benua-benua di mana
hasilnya menunjang pendapat bahwa benua-benua telah mengalami pergeseran dari
posisinya semula.
Kehadiran mineral-mineral
ferromagnetik dalam batuan menyebabkan penyimpangan magnetik/anomali medan
magnet. Anomali magnetik dapat memberikan gambaran apakah batuan kerak bumi
banyak mengandung mineral ferromagnetik atau tidak. Karena itu penelitian
kemagnetan biasanya digunakan dalam pencarian bahan galian.
Analisis anomali magnetik hampir
sama saja dengan analisis anomali gravitasi. Mula-mula dilakukan penelitian
dengan magnetometer (biasanya dari pesawat) untuk menghitung total intensitas
medan magnet. Hasilnya kemudian dikurangi dengan medan magnetik utama untuk
memperoleh anomali magnetik. Pengukuran dilakukan berkali-kali untuk
mendapatkan hasil yang mantap. Dewasa ini analisis dilakukan dengan komputer
sehingga cepat memperoleh hasilnya.
Gambar 2. 5. Anomali magnetik Positif |
3. Seismik
Apabila
terjadi pelepasan energi didalam kerak bumi akibat patahan atau letusan
gunungapi maupun longsor, maka energi tersebut akan diteruskan ke segala arah
melalui materi batuan berupa perambatan getaran dalam bentuk gelombang.
Perambatan gelombang inilah yang disebut gempa. Secara garis besar gelombang
gempa dapat dibedakan atas dua macam yaitu Body wave dan Surface wave.
· Body Wave adalah
gelombang yang merambat di dalam bumi dari pusat gempa ke segala arah.
Berdasarkan cara perambatan melalui batuan penyusun bumi, dikenal 2 macam:
1. Gelombang
Longitudinal (Gelombang Primer / Gel. P). Disebut
gelombang Primer karena gelombang ini yang paling cepat merambat sehingga
paling dahulu tercatat oleh alat pencatat gempa (seismograf). Arah getarannya
ke depan dan ke belakang sehingga partikel-partikel materi yang dilaluinya
mengalami penekanan dan perenggangan. Oleh karena itu maka sering pula disebut Push
– Pull wave atau kadang-kadang disebut Compressive wave .
Gelombang ini dikenal pula dengan nama Gelombang suara karena cara
perambatannya sama dengan perambatan suara di udara. Sifat dari gelombang ini
adalah dapat melalui media yang berwujud padat, cair maupun gas. Tergolong
cepat karena berkaitan dengan arah getarannya yang searah dengan arah geraknya.
Bila melalui materi bumi maka kecepatannya berkisar 6 km/detik di lapisan kerak
bumi dan 8,5 km/detik di lapisan selimut bumi. Perhatikan gambar 6 di bawah ini
2. Gelombang
Transversal (Gelombang Sekunder/Gel S). Berbeda dengan
gelombang longitudinal, arah getarannya tegak lurus pada arah geraknya. Karena
itu maka kecepatannya lebih rendah dibanding gelombang longitudinal. Akibat
lain adalah hanya dapat melalui media yang berwujud padat. Bila melalui media
berwujud cair atau gas, gelombang ini hilang atau tidak tercatat pada
seismograf karena ikatan molekul cairan dan gas tidak kuat. Dengan sedikit
tekanan saja molekul-molekul cairan dan gas sudah bergerak lepas satu sama
lain. Adapun kecepatannya hanya sekitar
2/3 kecepatan grelombang primer.
3. Surface wave
adalah yang merambat dari hiposentrum ke permukaan bumi kemudian dari
episentrum merambat ke segala arah. Jalan yang ditempuh lebih panjang sehingga
paling belakangan sampai ke alat pencatat gempa. Oleh karena itu sering disebut
gelombang panjang (Long Wave). Kecepatannya berkisar 3 – 4
km/detik.
Gambar 2. 6. Cara perambatan Gelombang Longitudinal dan Transversal
Perbedaan sifat antara gelombang
primer dan sekunder dapat digunakan untuk memperkirakan wujud lapisan-lapisan
dalam. Dari kecepatan gelombang melalui lapisan-lapisan bumi dapat digunakan
untuk memperkirakan materi penyusun bumi di setiap- lapisan.
Para ahli mempelajari seismogram,
hasil pencatatan gelombang di berbagai stasion untuk mengetahui lapisan-lapisan
bumi, tebal masing-masing lapisan , kecepatan gelombang waktu melalui setiap
lapisan sehingga dapat diperkirakan materi penyusun setiap lapisan. Seismogram
sangat rumit karena gelombang yang tercatat di seismogram berasal dari berbagai
jalur dalam kerak bumi. Pada perbatasan lapisan satu dengan lapisan lainnya di
mana terjadi perubahan kecepatan gelombang, maka ada gelombang yang dipantulkan
dan ada yang dibiaskan bahkan menghasilkan gelombang baru karena terjadi
pelepasan energi ketika mengenai batas lapisan.
Refraksi (
Pembiasan) terjadi karena perubahan
kecepatan ketika melalui lapisan atas dan lapisan bawahnya. Sesuai dengan Hukum
Snellius maka cosinus sudut datang berbanding cosinus sudut pergi sama dengan
kecepatan gelombang melalui lapisan atas (V1) berbanding kecepatan
gelombang melalui lapisan bawah (V2). Pada refleksi (pemantulan)
gelombang di perbatasan lapisan, sudut datang = sudut pantul.
Gambar 2. 7. (B) Jalannya pemantulan gelombang pada satu lapisan dengan
kurva Travel time di atasnya (C). Gelombang P dan S setelah mengenai perbatasan
lapisan, menghasilkan gelombang baru
Karena pulsa-pulsa gelombang yang
tercatat pada seismogram campur aduk antara gelombang yang dibiaskan dan
gelombang yang dipantulkan berbagai lapisan maka harus dipilah-pilah dahulu.
Untuk itu digunakan kurva Travel t ime dan data seismogram dari
berbagai jarak.
Gambar
2. 8. Jalannya pembiasan gelombang dengan kurva Travel time di atasnya
Pulsa-pulsa
gelombang yang dibiaskan terletak pada kurva berupa garis lurus, sedang
pulsa-pulsa gelombang hasil pemantulan terletak pada kurva berupa garis
lengkung (hiperbola). Setiap kurva garis lurus mewakili gelombang-gelombang
yang dibiaskan puncak salah satu lapisan. Begitu juga setiap kurva lengkung
mewakili gelombang-gelombang yang dipantulkan salah satu lapisan.
Kecepatan
gelombang yang dibiaskan ketika melewati lapisan-lapisan dapat diketahui dari
kemiringan kurva garis lurus. Perhatikan gambar dari setiap kurva garis lurus
diperoleh waktu (t) yang diperlukan gelombang menempuh jarak (x) tertentu
sepanjang puncak lapisan di mana dibiaskan. Kecepatan gelombang di lapisan itu
= x/t. Tetapi kemiringan kurva kebalikannya yaitu t/x. Berarti kecepatan
gelombang dihitung dari kemiringan kurva saja (V = 1/S, di mana S adalah kemiringan
kurva). Kecepatan gelombang dapat pula dihitung dari bentuk kurva garis
lengkung tetapi analisisnya lebih rumit.
Gambar 2. 9.
Kemiringan slope untuk
menghitung
kecepatan gelombang melalui lapisan
Gambar
2. 10. Penelitian Seismik di lapangan
Untuk
meneliti lapisan-lapisan bumi sampai ke inti bumi, dibutuhkan ledakan nuklir.
Akan tetapi gambaran lapisan-lapisan sedimen di kerak bumi menjadi kabur.
Untuk
memperoleh gambaran lapisan-lapisan sedimen di kerak bumi, digunakan ledakan-ledakan
kecil dengan geophone (seismograf portable). Geophone diatur berderet dalam
satu garis lurus dari pusat ledakan. Masing-masing geophone dihubungkan dengan
alat pencatat di truk oleh sinyal-sinyal
elektronik, di mana alat pencatat di truk akan mencatat secara serempak pada
satu grafik. Jarak pemasangan geophone sekitar 4 atau 5 kali kedalaman yang
akan diteliti. Bila lapisan yang akan diteliti < 50 m tebalnya maka geophone
diatur dengan interval 10 m sejauh kira-kir 300m dari pusat ledakan. Ledakan cukup
½ kg bahan peledak. Bila penelitian kerak bumi sampai kedalaman kira-kira 100
km, digunakan bahan peledak beberapa ton dan beberapa truk pencatat gempa
dengan geophone yang diatur dengan interval 50 m sejauh 1.000 km. Dalam
penelitian pencarian minyak bumi, praktis akan sulit mencatat fase-fase
pemantulan gelombang dari lapisan dengan kedalaman < 100 m dan > 10 km.
Yang nampak jelas adalah lapisan-lapisan pada kedalaman 100 m – 10 km.
B. Lapisan-lapisan
Bumi
Berbagai
dugaan dikemukakan orang mengenai bagian dalam bumi misalnya wujud, temperatur
dan tekan. Ada yang mengatakan bahwa makin dalam tempertur makin tinggi dengan
gradien geothermis 20/100 m dekat permukaan bumi, namun makin
kedalam gradien geothermis makin kecil. Higgins dan Kennedy (1971) mengatakan
bahwa bila inti bumi terutama tersusun dari besi maka temperaturnya berkisar
4.000 – 5.0000 C. Dibawah tekanan lapisan di atasnya besi akan lebur
pada temperatur 3.7000C. yaitu pada sekitar perbatasan Mantle
dan Inti bumi bagian luar (Allison, 1974). Atas dasar perhitungan temperatur di
inti bumi tersebut, muncul pendapat bahwa inti bumi berwujud gas karena pada
temperatur 4.000 – 5.0000C materi padat akan lebur kemudian berubah
menjadi gas. Sebagian ahli lain tidak sependapat dengan alasan bahwa makin
kedalam tekanan juga semakin tinggi karena beban lapisan di atasnya. Oleh
karena itu dibawah tekanan yang begitu besar (sekitar 3 juta atmosfer), inti
bumi akan berwujud padat. Muncul pula pendapat lain yang menggabungkan
pandangan di atas, mengatakan bahwa inti bumi berwujud kental karena sekalipun
temperatur sangat tinggi namun tekanan yang begitu tinggi akan menghalangi
perubahan ke gas.
Dalam
perkembangan selanjutnya, atas batuan penelitian seismik yang makin maju para
ahli mengemukakan keterangan-keterangan bagian dalam bumi yang lebih memuaskan
dan menyusun gambaran struktur bumi sebagai berikut: bumi dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu Kerak bumi (Crust), Selimut bumi (Mantle) dan
Inti bumi (Core) (Stokes, 1978).
1. Kerak bumi (Crust). Lapisan ini
menempati bagian paling luar dengan tebal berkisar 6 – 50 km. Tebal lapisan ini
tidak sama di semua tempat, di benua sekitar 20 – 50 km sedang di dasar laut 0
-5 km atau bersama air laut di atasnya sekitar 10 – 12 km. Tersusun dari
materi-materi padat terutama yang kaya silisium dan aluminium. Ada yang
membedakan atas 2 lapisan yaitu: a). Lapisan granitis, lapisan
yang kebanyakan terdiri dari batuan granit. Kecepatan gelombang longitudinal di
lapisan ini sekitar 6,5 km/detik. Tetapi lapisan ini tidak dijumpai di dasar
laut.
b). Lapisan basaltis, lapisan
yang letaknya di bawah lapisan granitis dan kebanyakan tersusun dari materi
basalt. Kecepatan gelombang longitudinal di lapisan ini sekitar 6,5 – 8
km/detik.
2. Selimut bumi (Mantle). Lapisan
ini terletak di bawah kerak bumi dan pada umumnya dibedakan atas 3 lapisan:
a). Litosfer, letaknya paling atas dari Selimut
bumi, terdiri dari materi berwujud padat dan kaya silisium – aluminium,
tebalnya sekitar 50 – 100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi sering pula
disebut lempeng litosfer yang mengapung di atas lapisan yang agak kental yaitu
astenosfer. Batas bawahnya berupa lapisan yang agak lain sifatnya dimana
kecepatan gelombang longitudinal lebih lambat dan disebut Low Velocity Layer. Biasanya
digabungkan dengan lapisan agak kental di bawahnya yaitu astenosfer.
b). Astenosfer, lapisan di
bawah litosfer yang wujudnya agak kental, kaya dengan silisium aluminium dan
magnesium. Diduga batuan penyusun lapisan ini lebur sekitar 1 – 10%.
Kemungkinan titik lebur silikat yang menyusun lapisan ini turun karena adanya
air yang masuk ke lapisan ini sehingga walaupun temperatur di lapisan ini belum
cukup tinggi sebagian material silikat mulai lebur. Tebal lapisan ini sekitar
130-160 km, dan dengan lapisan transisi low velocity layer bersama-sama
tebalnya sekitar 100 – 400 km.
c). Mesosfer, lapisan yang lebih tebal dan lebih
berat, kaya dengan silisium dan magnesium. Tebalnya sekitar 2.400 – 2750 km,
kecepatan gelombang longitudinal naik dari sekitar 8 km/detik sampai 13,5 km /
detik. Pada perbatasan ke lapisan lebih dalam (inti bumi) terdapat lapisan
transisi di mana kecepatan gelombang longitudinal menurun sangat tajam dari
13,5 km/detik ke 8km/detik. Lapisan ini dikenal dengan nama Gutenberg – Wiechert Discontinuety Layer
yang biasanya dijumpai pada kedalaman 2698 km.
3. Inti Bumi (Core),
lapisan ini
menempati bagian paling dalam dan dapat dibagi 2 bagian:
a). Inti Bagian luar (Outer Core), diduga berwujud cair
sebab lapisan ini tidak dilalui gelombang transversal. Tebal lapisan ini sekitar
2160 km, kemungkinan tersusun dari materi yang kaya silisium, besi, dan
magnesium.
b). Inti Bagian Dalam (Inner core) pada kedalaman sekitar 5145 km terjadi
perubahan kecepatan gelombang longitudinal dari rendah ke tinggi, sebagai
petunjuk batas antara inti bagian luar dan inti bagian dalam. Tebal lapisan ini
sekitar 1320 km, diduga berwujud padat, tersusun dari materi yang kaya nikel
dan besi dengan densitas lebih besar.
Gambar 2. 11.
Lapisan-Lapisan Bumi
===JPB===
August 13, 2017 at 7:06 AM
referensi tulisannya darimana ya?